Newest Post
// Posted by :Unknown
// On :Senin, 27 Mei 2013
BAB
I
PENDAHULUAN
I.1 Latar
Belakang
Salah satu ciri kehidupan
tumbuhan adalah bahwa tumbuhan itu mengalami proses tumbuh. Tumbuh adalah
pertambahan volume yang tidak dapat balik. Besarnya pertumbuhan persatuan waktu
disebut laju tumbuh. Proses pertumbuhan merupakan hal yang lazim bagi setiap
tumbuhan. Dalam proses pertumbuhan terjadi penambahan volume yang sidnifikan.
Seiring berjalannya waktu pertumbuhan suatu tanaman terus bertambah. Proses
tumbuh sendiri dapat dilihat pada selang waktu tertentu, dimana setiap
pertumbuhan tanaman akan menunjukkan suatu perubahan dan dapat dinyatakan dalam
bentuk kurva dan diagram pertumbuhan (Lintasberita, 2010).
Laju pertumbuhan suatu tumbuhan
atau bagiannya berubah menurut waktu. Oleh karena itu, bila laju tumbuh digambarkan
dengan suatu grafik, dengan laju tumbuh ordinat dan waktu pad aabsisi, maka
grafik itu merupakan suatu kurva berbentuk huruf atau kurva sigmoid. Kurva
sigmoid ini berlaku bagi tumbuhan
lengkap, bagian-bagiannya ataupun sel-selnya (Lintasberita, 2010).
Kurva sigmoid berguna bagi para
ahli dalam melakukan penelitian-penelitian lebih lanjut tentang tumbuh dan
perkembangan tumbuhan, karena ia menunjukkan tahap-tahapan perkembangan. Dalam
percobaan yang menggunakan tumbuhan hidup, fase perkembangan tanaman perlu
diperhatikan untuk dapat menganalisa suatu fenomena dengan tepat (Lintasberita,
2010).
Oleh karena itu, untuk lebih
memahami mengenai laju pertumbuhan dan teori mengenai kurva sigmoid, maka
dilakukan lah percobaan ini.
I.2 Tujuan
Percobaan
Tujuan
dari percobaan ini adalah untuk mengamati laju tumbuh daun sejak dari embrio
dalam biji hingga daun mencapai ukuran tetap pada tanaman kacang merah Phaseolus vulgaris.
I.3 Waktu dan
Tempat Percobaan
Percobaan
ini dilakukan pada hari Kamis, tanggal 2 April 2013 pukul
14.00-16.00 WITA, bertempat di
Laboratorium Biologi Dasar, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar dan pengamatannya dilakukan 14 hari.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Pertumbuhan didefinisikan sebagai
pertambahan yang tidak dapat dibalikkan dalam ukuran pada sistem biologi.
Secara umum pertumbuhan berarti pertambahan ukuran karena organisme multisel
tumbuh dari zigot, pertumbuhan itu bukan hanya dalam volume, tapi juga dalam
bobot, jumlah sel, banyaknya protoplasma, dan tingkat kerumitan. Pertumbuhan
biologis terjadi dengan dua fenomena yang berbeda antara satu sama lain.
Pertambahan volume sel dan pertambahan jumlah sel. Pertambahan volume sel
merupakan hasil sintesa dan akumulasi protein, sedangkan pertambahan jumlah sel
terjadi dengan pembelahan sel (Kaufman, dkk., 1975).
Pertumbuhan dan perkembangan
tanaman merupakan proses yang penting dalam kehidupan dan pekembang biakan
suatu species.Pertumbuhan dan perkembangan berlangsung secara terus-menerus
sepanjang daur hidup,tergantung pada tersedianya merisitem,hasil
asimilasi,hormone dan substansi pertumbuhan lainnya,serta lingkunganyang
mendukung. Secara empiris,pertumbuhan tanaman dapat dikatakan sebagai suatu
fungsi dari genotype X lingkungan (internal dan eksternal). Pertumbuhan itu
lebih mudah digambarkan dari pada di defenisikan.Pertumbuhan berarti pembelahan
sel dan pembesaran sel.Kedua proses ini memerlukan sintesis protein dan
merupakan proses yang tidak dapat berbalik.
Proses differensiasi seringkali dianggap pertumbuhan. Pertumbuhan
tanaman memerlukan proses differensiasi (Lintasberita, 2010).
Reproduksi dan perkembangan adalah
topik yang sangat berhubungan erat. Baik suatu tumbuhan muncul dari zigot yang
dihasilkan secara seksual ataupun melalui reproduksi vegetatif, perubahannya
menjadi sebuah individu baru yang utuh bergantung pada mekanisme yang membentuk
organ seperti daun dan akar, dan membentuk pola khusus pada sel-sel dan
jaringan tertentu di dalam organ tersebut. Perkembangan (development) adalah
penjumlahan seluruh perubahan yang secara progresif merincikan tubuh organisme
(Campbell,
dkk., 2002).
Pada setiap tahap dalam kehidupan
suatu tumbuhan, sensitivitas terhadap lingkungan dan koordinasi respons sangat
jelas terlihat. Tumbuhan dapat mengindera gravitasi dan arah cahaya dan
menanggapi stimulus-stimulus ini dengan cara yang kelihatannya sangat wajar
bagi kita. Seleksi alam lebih menyukai mekanisme respons tumbuhan yang
meningkatkan keberhasilan reproduktif, namun ini mengimplikasikan tidak adanya
perencanaan yang disengaja pada bagian dari tumbuhan tersebut (Campbell, dkk., 2002).
Yang paling umum, pertumbuhan
berarti pertambahan ukuran. Karena organisme multisel tumbuh dari zigot,
pertambahan itu bukan hanya dalam volumenya, tapi juga dalam bobot, jumlah sel,
banyaknya protoplasma, dan tingkat kerumitan. Pertambahan massa
sering ditentukan dengan cara memanen seluruh tumbuhan atau bagian yang
diinginkan, dan menimbangnya cepat-cepat sebelum air terlalu banyak menguap
dari bahan tersebut (Salisbury dan Ross, 1995).
Pada
tanaman, aktifitas perkembangan yang vital ini banyak yang tumpang tindih.
Pertumbuhan apikal (pada ujung akar dan batang) mendahului morfogenesis dan
deferensiasi. Tetapi pembesaran batang terjadi oleh karena pembesaran sel-sel
setelah morfogenesis dan diferensiasi berlangsung (Kimball, 1990).
Agar pertumbuhan dapat terjadi,
maka laju sintesis molekul yang kompleks dari organisme itu seperti protein,
harus melebih laju perombakannya. Ini berarti bahwa harus ada tambahan molekul
organik (yaitu asam amino, asam lemak, gliserol dan glukosa) yang diambil oleh
organisme itu dari lingkungannya. Beberapa dari bahan ini merupakan bahan baku dalam reaksi anabolisme, dan lainnya akan menyediakan
energi untuk anabolisme dan molekul-molekul merupakan bahan baku (Kimball, 1990).
Dalam proses fotosintesis, karbondioksida dari udara direduksi menjadi
karbon organik. Zat-zat hara mineral diambil dari akar, sebagian besar dalam
bentuk anorganik dan digabungkan ke dalam tanaman dan hasilnya. Hanya sejumlah
kecil air diserap yang sebenarnya digabungkan ke dalam tanaman. Pertumbuhan
merupakan kenaikan dalam bahan tanaman, adalah proses total yang mengubah
bahan-bahan mentah ini secara kimia dan menambahkannya pada tanaman
(Goldsworthy dan Fisher, 1992).
Selama tumbuhan masih mampu untuk
bertahan hidup, tumbuhan dapat tumbuh tidak terbatas karena tumbuhan memiliki
jaringan embrionik yang selalu tersedia, yang disebut meristem, pada daerah
pertumbuhan. Sel-sel meristematik membelah terus untuk menghasilkan sel-sel
baru. Beberapa produk pembelahan ini tetap berada pada daerah meristematik
untuk menghasilkan lebih banyak lagi sel, sementara yang lain menjadi
terspesialisasi dan digabungkan ke dalam jaringan dan organ tumbuhan yang
sedang tumbuh. Sel-sel yang tetap berfungsi untuk menghasilkan sel-sel baru di
dalam meristem disebut inisial (initial) atau permulaan. Sel-sel baru yang
digantikan dari meristem, terus membelah selama beberapa saat, sampai sel-sel
yang mereka hasilkan mulai mengalami spesialisasi di dalam jaringan yang sedang
berkembang (Campbell,
dkk., 2002).
Pola pertumbuhan tumbuhan
bergantung pada letak meristem. Meristem apikal, berada pada ujung akar dan
pada pucuk tunas, menghasilkan sel-sel bagi tumbuhan untuk tumbuh memanjang.
Pemanjangan ini, yang disebut pertumbuhan primer (primary growth), memungkinkan
akar membuat jalinan di dalam tanah dan tunas untuk meningkatkan pemaparannya
terhadap cahaya matahari dan karbon dioksida. Pada herba (bukan tumbuhan
berkayu), yang terjadi hanya pertumbuhan primer. Namun demikian, pada tumbuhan
berkayu terdapat juga pertumbuhan sekunder (secondary growth), yaitu adanya
aktivitas penebalan secara progresif pada akar dan tunas yang terbentuk
sebelumnya oleh pertumbuhan primer. Pertumbuhan sekunder adalah produk meristem
lateral, silinder-silinder yang terbentuk dari sel-sel yang membelah ke samping
di sepanjang akar dan tunas. Meristem lateral ini menggantikan epidermis dengan
jaringan dermis sekunder, seperti kulit, yang lebih tebal dan keras, dan
meristem lateral juga menambahkan lapisan jaringan pembuluh. Kayu adalah xylem
sekunder yang terakumulasi selama bertahun-tahun (Campbell, dkk., 2002).
Kurva menunjukkan ukuran kumulatif sebagai fungsi dari waktu. Tiga fase
utama biasanya mudah dikenali, yaitu fase logaritmik, fase linier dan fase
penuaan. Pada fase logaritmik ini berarti bahwa laju pertumbuhan lambat pada
awalnya, tapi kemudian meningkat terus. Laju berbanding lurus dengan ukuran
organisme. Semakin besar organisme, semakin cepat ia tumbuh. Pada fase linier,
pertambahan ukuran berlangsung secara konstan. Fase penuaan dicirikan oleh laju
pertumbuhan yang menurun, saat tumbuhan sudah mencapai kematangan dan mulai
menua (Srigandono, 1991).
Ketika buah dan biji masak, buah dan biji terlepas dari tumbuhan tempat
buah dan biji ini telah tumbuh dan berkembang. Pada tumbuh-tumbuhan dengan
buah-buahan merekah, biji-bijianlah yang terpencar jauh dan luas sewaktu
buah-buahan ini tumpah atau merekah terbuka. Jika buah-buahan ini tidak
merekah, buah-buahan inilah (bukan biji-bijinya) yang terpencar. Pada beberapa
kasus, struktur atau pola tingkah laku tumbuhan tertentu kemungkinan penyebaran
buah-buahan dan biji-bijian. Buah dan biji ini dapat juga tersebar oleh angin,
air, hewan dan oleh manusia. Jika keadaan memungkinkan, biji-biji ini akan
berkecambah dan akan menimbulkan tumbuh-tumbuhan baru (Tepfer, 1989).
Laju pertumbuhan relatif (relative growth rate) menunjukkan peningkatan
berat kering dalam suatu interval waktu dalam hubungannya dengan berat asal.
Dalam situasi praktis, rata-rata pertumbuhan laju relative dihitung dari
pengukuran yang di ambil pada waktu t1 dan t2 (Susilo,
1991)
Kurva pertumbuhan berbentuk S (sigmoid) yang ideal. Tiga fase utama
biasanya mudah dikenali: fase logaritmik, fase linier, dan fase penuaan. Pada
fase logaritmik, ukuran (v) bertambah secara eksponensial sejalan dengan waktu
(t). Ini berarti bahwa laju pertumbuhan (dv/dt) lambat
pada awalnya, tapi kemudian meningkat terus. Pada fase linier, pertambahan
ukuran berlangsung secara konstan. Fase penuaan dicirikan oleh laju pertumbuhan
yang menurun saat tumbuhan sudah mencapai kematangan dan mulai menua (Salisbury
dan Ross, 1995).
BAB
III
METODE PERCOBAAN
III.1 Alat
Alat yang digunakan dalam percobaan
ini adalah nampan, ranting pohon dan
penggaris.
III.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan
ini adalah kacang merah Phaseolus
vulgaris, polybag, tanah, air, kertas label dan tissue.
III.3 Cara Kerja
Adapun cara kerja yang dilakukan
pada percobaan ini yaitu:
1. Merendam biji kacang merah Phaseolus vulgaris dalam nampan selama 2 jam.
2. Memilih
biji yang baik sebanyak 11 biji.
3. Mengupas
3 biji dan membuka kotiledonnya, mengukur panjang pada embrionya dengan
penggaris, kemudian menentukan nilai rata-ratanya.
4. Menanam
9 biji dalam 3 polybag, setiap polybag berisi 3 biji kacang merah Phaseolus vulgaris, menyiram dengan air
secukupnya, kemudian memeliharanya selama 14 hari.
5. Mengadakan
pengamatan sebagai berikut :
a. Mengukur
panjang daun pertamanya pada umur 3, 5, 7, 10 dan 14 hari.
b. Mengukur
daun pada umur 3 dan 5 hari dengan menggali tanah.
c. Setiap
pengukuran dilakukan tanpa memotong kecambah.
d. Menentukan
rata-rata panjang daun dari tiap-tiap seri pengukuran.
e. Membuat
grafik dengan panjang rata-rata daun dan waktu pengukuran sebagai absisa.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil
IV.1.1 Panjang
Embrio
a.
Tabel
Hasil Pengamatan
Biji
|
Panjang (cm)
|
I
II
III
|
0,6
0,5
0,6
|
Rata-rata
|
0,57
|
b.
Diagram panjang kotiledon
IV.1.2 Panjang Daun
a.
Tabel
Pengamatan Panjang Daun
Kecambah
|
Hari/Tanggal
|
||||
H ke 3
|
H ke-5
|
H ke-7
|
H ke-10
|
H ke-14
|
|
1
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
2
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
3
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Rata-rata
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
4
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
5
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
6
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Rata-rata
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
7
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
8
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
9
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Keterangan :
-
= tidak terjadi pertambahan panjang.
b.
Kurva
Panjang Daun
IV.2
Pembahasan
Percobaan mengenai
kurva sigmoid ini bertujuan untuk mengamati laju tumbuh daun sejak dari embrio
dalam biji hingga daun mencapai ukuran tetap pada tanaman. Pada percobaan ini
dilakukan pengamatan menggunakan 12 biji kacang merah Phaseolus vulgaris yang direndam dalam air beberapa menit.. Setelah
direndam dalam nampan, diambil 3 biji kacang merah lalu dikupas bagian kulit
luarnya. Hal ini dilakukan untuk menghitung panjang kotiledon biji kacang merah
Phaseolus vulgaris. Kemudian 9 biji
lainnya ditanam kedalam 3 polybag masing masing polybag berisi 3 biji kacang
merah Phaseolus vulgaris.
Percobaan ini dimulai dengan
merendam biji kacang merah Phaseolus
vulgaris dalam air dengan maksud untuk memecah dormansinya. Kemudian
mengukur panjang embrio beberapa sampel biji untuk melihat dan memastikan
keadaan embrio sebelum ditanam. Kemudian sampel yang lain dari biji ditanam
pada polybag untuk dilihat pertumbuhan dari daunnya yang di ukur setiap hari
ke-3, 5, 7, 9, dan 14.
Berdasarkan hasil yang diperoleh, biji kacang merah Phaseolus
vulgaris tidak mengalami pertumbuhan sama sekali. Ini disebabkan
oleh beberapa faktor yaitu keadaan dari biji itu sendiri yang memiliki biji
keras sehingga dapat menghambat pertumbuhan embrionya. Dapat juga disebabkan
oleh faktor lingkungan dan suhu yang tinggi sehingga menghambat pertumbuhan embrio. Ketersediaan
air juga merupakan salah satu faktor yang dapat menghambat pertumbuhan embrio,
bila kekurangan air akan menghambat embrio untuk tumbuh sedangkan bila memiliki
cukup air, maka embrio dapat lebih cepat tumbuh karena dapat membantu kulit
biji mengelupas sehingga embrio dapat dengan mudah keluar dan memulai
perkecambahan sedangkan biji kacang merah Phaseolus vulgaris yang ditanam pada polybag semuanya mati, hal ini
disebabkan karena adanya faktor eksternal dan faktor internal.
Faktor eksternal yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan tanaman yaitu :
1.
Air dan Mineral
berpengaruh pada pertumbuhan tajuk 2 akar. Diferensiasi salah satu unsur hara
atau lebih akan menghambat atau menyebabkan pertumbuhan tak normal.
2.
Faktor Kelembaban /
Kelembapan Udara, kadar air dalam udara dapat mempengaruhi pertumbuhan serta
perkembangan tumbuhan. Tempat yang lembab menguntungkan bagi tumbuhan di mana
tumbuhan dapat mendapatkan air lebih mudah serta berkurangnya penguapan yang
akan berdampak pada pembentukan sel yang lebih cepat.
3.
Suhu di antaranya
mempengaruhi kerja enzim. Suhu ideal yang diperlukan untuk pertumbuhan yang
paling baik adalah suhu optimum, yang berbeda untuk tiap jenis tumbuhan. Tinggi
rendah suhu menjadi salah satu faktor yang menentukan tumbuh kembang,
reproduksi dan juga kelangsungan hidup dari tanaman.
4.
Faktor Cahaya Matahari,
sinar matahari sangat dibutuhkan oleh tanaman untuk dapat melakukan
fotosintesis (khususnya tumbuhan hijau). Jika suatu tanaman kekurangan cahaya
matahari, maka tanaman itu bisa tampak pucat dan warna tanaman itu
kekuning-kuningan (etiolasi). Pada kecambah, justru sinar mentari dapat
menghambat proses pertumbuhan.
5.
Faktor Organisme lain, organisme lain dapat menjadi faktor
utama yang menyebabkan suatu tanaman tidak mengalami pertumbuhan. Ini
disebabkan karena organism tersebut memakan biji yang sedang ditanam.
Adapun Faktor Internal yang dapat mempengaruhi pertumbuhan
tanaman yaitu gen dan hormon. Hormon pada tumbuhan memegang peranan penting
dalam proses perkembangan dan pertumbuhan seperti hormon auksin untuk membantu
perpanjangan sel, hormon giberelin untuk pemanjangan dan pembelahan sel, hormon
sitokinin untuk menggiatkan pembelahan sel dan hormon etilen untuk mempercepat
buah menjadi matang.
Berdasarkan teori, biji yang
tumbuh mengalami tiga fase dalam kehidupannya. Fase-fase tersebut adalah (1)
fase logaritmik, (2) fase linier, (3) fase penuaan (senescene). Akibat pola
pertumbuhan yang mengikuti pola tiga fase tersebut menyebabkan pertumbuhan dari
suatu tanaman dapat diukur dan dinyatakan dalam suatu persamaan diagram.
Diagram atau kurva pertumbuhan umum dikenal dengan kurva sigmoid. Kurva sigmoid
merupakan suatu kurva berbentuk huruf S.
BAB V
PENUTUP
V.1
Kesimpulan
Dari hasil pengamatan yang dilakukan pada percobaan ini dapat
disimpulkan bahwa biji pada kacang merah Phaseolus
vulgaris akan mengalami perkecambahan sebagai tanda mulainya laju tumbuh
pada tanaman kacang merah berbentuk kurva sigmoid, namun pada percobaan ini
tidak membuktikan kebenaran dari teori karena biji pada
kacang merah Phaseolus vulgaris tidak mengalami pertumbuhan disebabkan
aktivitas organisme dalam mencari makan sehingga biji kacang merah yang
sebelumnya ditanam dalam polybag hilang lantaran dimakan oleh organisme lain.
V.2
Saran
Sebaiknya pada percobaan disiapkan
tempat khusus untuk menyimpan hasil
praktikum agar lebih mudah untuk melakukan pengamatan dan hasil praktikum tidak
diganggu oleh organisme lain
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, N.A., Jane B. R. dan Lawrence G. M., 2002. Biologi, Jilid 2. Erlangga. Jakarta.
Goldsworthy, P.R dan N.M. Fisher,
1992. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik.
Gadjah Mada University Press. Yogyakarta
Kaufman, P. B., J. Labavitch, A. A. Prouty, N.S Ghosheh,
1975. Laboratory Experiment in Plant
Physiology. Macmillan Publishing Co., Inc. New York.
Kimball, J.W., 1992.
Biologi Jilid 2. Erlangga.
Jakarta.
Latunra, A.I., 2013. Penuntun
Praktikum Struktur Perkembangan Tumbuhan
II. Universitas Hasanuddin. Makassar.
Lintasberita, 2010. Menentukan
Lokus tumbuh pada Tumbuhan. http://www.lintasberita.com.
Diakses pada tanggal 2 April 2013, pukul 19.00 WITA
Salisbury, F.B. dan Cleon W. R., 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 2. ITB Press. Bandung.
Srigandono, B., 1991. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Gadjah
Mada University Press. Yogyakarta
Susilo, W., 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Universitas
Indonesia. Jakarta.
Tepfer, S., 1989. Ilmu Pengetahuan Populer Jilid 6.
Grolier : PT Widyadara. Jakarta.
terimakasih,,
BalasHapus