Newest Post
// Posted by :Unknown
// On :Senin, 27 Mei 2013
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Perkembangan tumbuhan
dipengaruhi atau dikontrol oleh homon. Hormon adala suatu zat atau senyawa
kimia yang disintesis pada suatu lokasi dalam organisme, kemudian diangkut
ketempat lain untuk selanjutnya bekerja melalui suatu cara yang spesifik pada
konsentrasi yang sangat rendah, untuk mengatur pertumbuhan, perkembangan atau
metabolisme. Pada kenyataannya sangat sukar untuk mendefinisikan istilah hormon
dengan tepat. Penggunaan istilah zat pengatur tumbuh sering lebih baik dan
menunjukkan senyawa-senyawa baik alami maupun sinteteik yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan, perkembangan dan metabolisme (Anonim, 2011).
Senyawa
hormon bukan suatu metabolit antara atau hasil suatu rangkaian reaksi yang
dipengaruhinya dan biasanya aktif dalam konsentrasi yang sangat rendah.
Beberapa kelompok hormon telah diketahui dan beberapa diantaranya bersifat
sebagai sebagai penghambat (inhibitor) pada tumbuhan. Hormon tersebut antara
lain auksin, giberelin, sitokinin, gas etilen, asam traumalin, kalin, dan asam
absisat (Anonim, 2011).
Oleh
karena itu untuk melihat dan memahami lebih lanjut mengenai pengaruh cahaya
terhadap aktivitas hormon tumbuhan (auksin), maka dilakukanlah percobaan ini.
I.2 Tujuan
Tujuan dari percobaan ini adalah
untuk mengetahui pengaruh cahaya terhadap aktifitas kerja hormon auksin pada
tanaman jagung Zea mays.
I.3 Waktu dan Tempat
Percobaan
Percobaan ini dilaksanakan pada hari
Rabu, tanggal 1 Mei 2013 pukul 14.00-17.00 WITA, bertempat di Laboratorium
Botani, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Hasanuddin, Makassar. Pengamatan dilakukan 5 hari sekali selama 15
hari.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
Tumbuh pada tumbuhan tidak saja
diatur atau dikendalikan oleh faktor –
faktor lingkungan tetapi juga oleh bahan-bahan kimia yang dihasilkan di dalam
tumbuhan. Bahan-bahan kimia itu disebut hormon. Hormon merupakan senyawa
organik yang bekerja aktif dalam jumlah yang sedikit sekali, ditransportasikan
ke dalam seluruh tubuh tumbuhan dan mempengaruhi pertumbuhan atau proses-proses
fisiologis lainnya. Hormon dibentuk di suatu tempat tetapi menunaikan fungsinya
di tempat lain. Berbeda dengan enzim, hormon selama proses-proses metabolik,
dan harus diperbaharui untuk menjaga kelangsungan pengaruhnya. Pertumbuhan di
satu bagian dapat bergantung pada kegiatan selular lainnya. Dengan bantuan
hormon, sel – sel tumbuhan dapat diubah dari unit-unit yang bebas menjadi
bagian -bagian yang saling berkaitan dalam satu kesatuan organisme (Tjitrosomo,
1985).
Hormon tumbuhan atau fitohormon
adalah suatu substansi, senyawa atau zat pengatur yang dihasilkan oleh tumbuhan
yang dalam konsentrasi rendah mengatur proses-proses fisiologis dalam tubuh
tumbuhan. Sedang pengatur tumbuh merupakan senyawa-senyawa organik selain
nutrisi, baik yang dihasilkan sendiri oleh tumbuhan maupun senyawa-senyawa
kimia sintetik yang dalam jumlah kecil memacu, menghambat atau sebaliknya
mengubah beberapa proses fisiologis dalam tumbuhan (Gardner, dkk., 1991).
Istilah atau maksud dari pengatur pertumbuhan tanaman yaitu mencangkup
kategori luas yaitu substansi organik (selain vitamin dan unsur mikro) yang
dalam jumlah sedikit merangsang, menghambat, atau sebaliknya mengubah proses
fisiologis. Auksin sintetik diperlukan karena jaringan dipisahkan dari sumber
auksin alami. Perangsang pertumbuhan sintetik, dalam campuran yang tepat,
merangsang kalus (pembentukan massa sel yang tidak terdiferensiasi),
diferensiasi organ, dan morfogenesis seluruh tanaman dari satu sel parenkima.
Pengatur pertumbuhan tanaman dibagi menjadi 5 kelas, yaitu auksin, giberelin,
sitokinin, penghambat pertumbuhan, dan etilen (Gardner, dkk., 1991).
Pada tanaman dalam membedakan
hormon yang dimiliki baik itu dalam ukuran yang banyak atau sedikit kita harus
mengetahui bentuk anatomi dan fisiologi pada tanaman sehingga kita lebih mudah
untuk mengetahuinya. sedangkan untuk tanaman yang diletakkan ditempat yang
terang dan gelap diantaranya untuk tanaman yang diletakkan ditempat yang gelap
pertumbuhan tanamannya sangat cepat selain itu tekstur dari batangnya sangat
lemah dan cenderung warnanya pucat kekuningan.hal ini disebabkan karena kerja
hormon auksin tidak dihambat oleh sinar matahari. sedangkan untuk tanaman yang
diletakkan ditempat yang terang tingkat pertumbuhannya sedikit lebih lambat
dibandingkan dengan tanaman yang diletakkan ditempat gelap,tetapi tekstur
batangnya sangat kuat dan juga warnanya segar kehijauan, hal ini disebabkan
karena kerja hormon auksin dihambat oleh sinar matahari (Anonim, 2010).
Auksin merupakan jenis fitohormon
yang paling banyak diteliti. Terutama berpengaruh terhadap pertumbuhan dengan
merangsang pembesaran sel. Dalam merangsang pembelahan sel dan perubahan-perubahan
lainnya, auksin ini bekerja sama dengan hormon-hormon lain. Pengaruh auksin
terhadap pemanjangan dapat dipelajari dari hasil berdasarkan penelitian pada
ujung koleoptil kecambah sejenis gandum (Avena sativa). Sebetulnya sudah lama
diketahui bahwa ujung koleoptil itu penting untuk pemanjangan koleoptil dan
batang bawahnya. Bila ujungnya dipotong, pertumbuhan akan terhambat beberapa
jam, dan akan tumbuh lagi apabila ujung batang yang terpotong itu telah
memproduksi auksin kembali. Tetapi bila potongan ujung koleoptil itu segera
diletakkan kembali di tempatnya dan dilekatkan dengan gelatin yang hangat maka
pertumbuhan tidak akan terhenti (Tjitrosomo, 1985).
Auksin adalah asam indol asetat
(IAA) atau C10H9O2N. IAA merupakan suatu group
dan senyawa-senyawa lain, misalnya asam naftalin asetat (C12H10O2)
dan asam 2,4 diklorofenoksi asetat (C8H6O3Cl2)
atau disingkat 2,4-D. Banyak lagi auksin lain dan sangat mudah untuk mengetahui
apakah senyawa itu auksin atau tidak. Efek karakteristik auksin adalah
kemampuan untuk mendorong pembengkokan suatu benih dan efek ini berhubungan
dengan adanya suatau group atau di dalam molekul auksin tersebut ( Suwasono,
1986).
Auksin merupakan istilah generik
untuk substansi pertumbuhan yang khususnya merangsang perpanjangan sel, tetapi
auksin juga menyebabkan suatu kisaran respon pertumbuhan yang agak berbeda-beda.
Respon auksin berhubungan dengan konsentrasinya. Konsentrasi yang tinggi
bersifat menghambat (Gardner dkk.,
1991).
Auksin mengatur proses di dalam tubuh
tanaman dalam morfogenesis. Misalnya kuncup lateral dan pertumbuhan akar
dihambat oleh auksin, namun permulaan pertumbuhan akar baru digalakkan pada
jaringan kalus yang terbentuk pada stek. Konsentrasi auksin yang berlebihan
menyebabkan ketidaknormalan., seperti epinasti (kelainan bentuk daun yang
disebabkan oleh pertumbuhan yang tidak sama urat daun bagian ujung dan
pangkalnya). Auksin menunda absisi daun dan buah. Auksin merangsang
partenokarpi (buah tanpa biji) pada buah ; misalnya buah strawberry tumbuh
tanpa biji bila diberi perlakuan dengan asam naftalenasetat (NAA) atau dengan
pilokram. Secara normal, kehadiran biji atau suatu sumber eksogen auksin
diperlukan untuk pertumbuhan buah. Auksin juga efektif dalam mencegah
berkecambahnya umbi yang disimpan (Gardner, dkk., 1991).
Sifat-sifat tertentu yang dimiliki
senyawa fitohormon yaitu (Dwidjoseputro,
1986). :
1.
Tempat sintesis berbeda dari tempat aktivitas
(misalnya, sintesis di pucuk dan daun muda, tetapi responnya pada batang, akar,
atau organ – organ lain).
2.
Respon dihasilkan oleh jumlah yang sangat kecil
(yaitu konsentrasinya bisa sekecil 10-9 M).
3.
Tidak seperti vitamin dan enzim, respon mungkin
berbentuk formatif dan lastik (tidak terpulihkan).
Faktor-faktor lingkungan seperti
cahaya dan suhu berinteraksi dengan fitohormon dan proses-proses kimia selama
tumbuh dan diferensisasi berlangsung. Pengaruh fisiologis auksin terhadap
tumbuhan yaitu pada (Dwidjoseputro, 1986) :
a.
Pemanjangan sel
IAA dan auksin lain merangsang
pemanjangan sel, akibatnya juga pemanjangan koleoptil dan batang. Distribusi
IAA yang tidak merata dalam batang dan akar menimbulkan perbedaan dalam
pembesaran sel disertai dengan pembengkokan organ (geotropisme, fototropisme).
Sel-sel meristem dalam kultur kalus dan kultur organ juga tumbuh berkat
pengaruh IAA. Auksin pada umumnya menghambat pemanjangan sel-sel jaringan akar.
b.
Tunas ketiak
IAA yang dibentuk pada meristem
apikal dan ditranspor ke bawah menghambat perkembangan tunas ketiak (lateral).
Jika meristem apikal dipotong maka tunas lateral berkembang.
c.
Absisi daun
Daun akan terpisah dari batang
jika sel-sel pada daerah absisi mengalami perubahan fisik dan kimia. Proses
absisi dikontrol oleh konsentrasi IAA dalam sel-sel sekitar atau pada daerah
absisi.
d.
Aktivitas cambium
Auksin merangsang pembelahan sel dalam daerah kambium.
e.
Tumbuh akar
Dalam akar, pengaruh IAA biasanya
menghambat pemanjangan sel, kecuali pada konsentrasi yang sangat rendah. Hormon
tumbuhan yang lain (giberelin, sitokinin, asam absisik, etilen dll) ikut serta
dengan IAA dalam respon-respon fisiologis tersebut di atas.
BAB
III
METODE
PERCOBAAN
III.1 Alat
Alat yang digunakan pada percobaan
ini yaitu gunting dan ember
III.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu bibit jagung Zea mays,
tanah gembur, polybag, kardus, selotip, kertas label, dan air.
III.3 Cara Kerja
Adapun cara kerja dari percobaan ini yaitu:
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Memasukkan tanah gembur secukupnya ke dalam empat buah
polybag.
3. Menanam bibit jagung sebanyak dua biji ke
masing-masing polybag.
4. Meletakkan dua polybag di tempat yang terkena sinar
matahari.
5. Memasukkan dua polybag lainnya ke dalam kardus dan
ditempatkan di tempat gelap.
6. Menutup rapat kardus dengan selotip.
7. Melakukan pengamatan setiap lima hari sekali selama 15
hari.
8. Mengamati warna daun, tinggi batang, serta bentuk
batang.
9. Pada pengamatan terakhir, mencabut akar tumbuhan lalu
mengamati bagian akarnya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil
IV.1.1 Tabel
tinggi tanaman jagung Zea mays
Waktu
Pengamatan
|
Tempat
Terang (cm)
|
Tempat
Gelap (cm)
|
||||||
I
|
II
|
III
|
IV
|
I
|
II
|
III
|
IV
|
|
Hari ke-5
|
3,5
|
4,1
|
3,7
|
4,6
|
5
|
5,1
|
4,3
|
5,3
|
Hari ke-10
|
5,7
|
6
|
5,8
|
8,4
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Hari ke-15
|
7,2
|
8,3
|
7,8
|
10,2
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Rata-Rata
|
5,4
|
6,1
|
5,7
|
7,8
|
1,6
|
1,7
|
1,4
|
1,8
|
IV.1.2 Tabel kondisi tanaman
(warna daun) jagung Zea mays
Waktu
Pengamatan
|
Tempat
Terang
|
Tempat
Gelap
|
||||||
I
|
II
|
III
|
IV
|
I
|
II
|
III
|
IV
|
|
Hari ke-5
|
++
|
+++
|
+++
|
+++
|
+
|
+
|
+
|
+
|
Hari ke-10
|
+++
|
+++
|
+++
|
++++
|
+
|
+
|
+
|
+
|
Hari ke-15
|
++++
|
++++
|
++++
|
++++
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Keterangan :
-
: Tumbuhan Mati
+ : Hijau
kekuningan (pucat kekuningan)
++ : Hijau muda
+++ : Hijau
++++ : Hijau Tua
IV.2
Pembahasan
Percobaan ini mengenai hormon
auksin yang dilakukan menanam empat bibit jagung Zea mays masing masing pada ke
empat polybag yang telah telah diisi tanah. Kemudian memberikan dua perlakuan
yang berbeda, untuk dua polybag pertama di tempat pada tempat yang terkena
sinar matahari dan untuk dua polybag lainnya diletakkan ke dalam kardus yang
ditutup dengan menggunakan selotip. Kemudian dilakukan pengamatan terhadap
pertambahan tinggi batang dan warna daun tanaman setiap lima hari selama 15 hari
untuk mengetahui bagaimana pengaruh aktivitas hormon auksin pada kedua tanaman
yang diberikan perlakuan berbeda tersebut. .
Berdasarkan hasil pengamatan
yang dilakukan pada tanaman jagung Zea mays yang diletakan di tempat
terang, diperoleh rata-rata pertambahan tinggi pada tanaman I yaitu 5,4 cm, pertambahan tinggi pada tanaman II yaitu 6,1 cm, pertambahan tinggi pada tanaman
III yaitu 5,7 cm, pertambahan tinggi tanaman IV 7,8 cm dan keadaan warna daun
dari masing- masing tumbuhan jagung tersebut terlihat berwarna hijau dan namun pada hari terakhir terlihat keadaan warna daun menjadi
hijau tua.
Untuk hasil pengamatan yang
dilakukan pada tanaman jagung Zea mays yang
diberi perlakuan dengan diletakkan di dalam kardus, diperoleh pertambahan tinggi pada tiap tanama
tersebit tergolong sangat kecil dibandingkan dengan rata-rata pertambahan
tinggi pada tanaman jagung Zea mays
diletakkan pada tempat yang terkena cahaya matahari langsung, dimana pada
pertambahan tinggi pada tanaman I yaitu
1,6 cm, pertambahan tinggi pada tanaman II yaitu 1,7 cm, pertambahan tinggi
pada tanaman III yaitu 1,4 cm, dan pertambahan tinggi pada tanaman IV
yaitu 1,8 cm dan untuk pengamatan mengenai warna daun pada tiap tanaman
menunjukkan keadaan daun yang mengalami sennence atau penuaan ditandai dengan
warna daun yang kekuningan (pucat).
Berdasarkan hasil
pengamatan, hasil yang diperoleh tentu tidak sesuai dengan teori yang ada.
Berdasarkan teori yang ada menyatakan bahwa tanaman yang diletakan pada daerah
yang terkena cahaya matahari langsung akan mengalami pertumbuhan yang lambat
dikarenakan fitohormon yang tak lain adalah auksin akan mengalami penguraian
oleh matahari sehingga aktivitasnya dalam tubuh tumbuhan menjadi sangat kecil
sehingga pemanjangan pada tumbuhan juga semakin kecil, sedangkan untuk tanaman
yang diletakkan ditempat yang gelap akan mengalami pertumbuhan yang cepat
dikarenakan aktivitas hormon auksin tidak dihambat oleh cahaya matahari
sehingga dapat merangsang tumbuhan untuk melakukan pemanjang dengan baik.
Adapun beberapa
faktor eksternal dan internal yang juga mempengaruhi sehingga tumbuhan jagung Zea mays yang diletakkan dalam kardus mati, yaitu dari segi faktor
eksternal yakni tekstur tanah yang kurang baik serta ketersediaan air yang tidak
cukup utunk tanaman itu sendiri, kekurangan nutrisi akibat kurangannya
intensitas cahaya sebagai sumber energi utama dalam pembentukkan makanan dan
dari segi faktor internal tak lain yakni kondisi bibit yang digunakan itu
sendiri tidak memiliki kualitas yang baik sehingga menyebabkan tanamaan mati.
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan yang
dilakukan pada tanaman jagung Zea mays
dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor eksternal yakni cahaya matahari sangat
mempengaruhi aktivitas dari hormon auksin, bila intensitas cahaya matahari maksimum
maka aktivitas auksin akan minumum atau terhambat karena diurai oleh cahaya
matahari dan sebaliknya bila intensitas cahaya minumum aktivitas hormon auksin maksimum sehingga
mampu melakukan pemanjangan pada tumbuhan. Untuk pengamatan mengenai aktivitas
hormon auksin pada tanaman jagung Zea
mays yang diletakan dalam kardus tidak dapat diamati secara baik lantaran
tanaman jagung Zea mays mengalami kematian yang dikarenakan tekstur tanah yang kurang
baik serta ketersediaan air yang tidak cukup utunk tanaman itu sendiri,
kekurangan nutrisi akibat kurangannya intensitas cahaya sebagai sumber energi
utama dalam pembentukkan makanan dan dari segi faktor internal tak lain yakni
kondisi bibit yang digunakan itu sendiri tidak memiliki kualitas yang baik
sehingga menyebabkan tanamaan mati.
V.2 Saran
Kiranya pada saat pratikum
penjelasan yang diberikan lebih banyak lagi agar tidak bingung dengan laporan
saat mengerjakan laporan praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2010, Hormon
Auksin, http://ilmubiologi-belajarbiologi.blogspot.com, diakses pada
hari Rabu, tanggal 1 Mei 2013 pukul 21.30 WITA.
Anonim, 2011, Hormon
Tumbuhan, http://zonabawah.blogspot.com,
diakses pada hari Rabu, tanggal 1 Mei 2013 pukul 22.00 WITA.
Dwidjoseputro, D., 1986, Biologi, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Gardner, R., Franklin, P., Brent, P., dan Roger, L. M., Fisiologi Tumbuhan Budidaya, Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Suwasono, H., 1986, Pengantar
Fisiologi Tumbuhan, Rajawali, Jakarta.
Tjitrosomo, S. S., 1985, Botani Umum 3, Angkasa, Bandung.